Wednesday 21 February 2018

Pengobatan Nyeri Haid dengan Laparoskopi

Posted by Bundamedik Healthcare System | 09:05 Categories:
Menstruasi atau haid bukanlah sesuatu yang asing bagi setiap wanita. Pasalnya semua wanita akan mengalami yang namanya menstruasi atau haid tersebut setiap bulannya. Menstruasi merupakan proses dimana terjadinya peluruhan dinding rahim ( endometrium ) yang keluar dengan darah melalui organ reproduksi wanita. Umumnya, pada saat menstruasi wanita biasanya akan mengalami gejala-gejala yang cukup mengganggu aktifitas sehari – hari, seperti nyeri haid pada perut bagian bawah, nyeri pada pinggul, pinggang, sakit kepala, dan lain – lainnya.

Rasa sakit pada saat menstruasi (dysmenorrhoea ) atau biasa disebut dengan nyeri haid pada setiap wanita berbeda–beda. Secara umum kondisi yang terjadi adalah wanita akan mengalami dysmenorrhoea pada sebelum hingga saat terjadinya datang bulan tersebut, hal seperti ini normal dan dikatakan sehat secara siklus reproduksi. Tidak jarang terjadi juga kasus yang bisa dikatakan tidak wajar, yakni siklus haid yang normal akan tetapi disertai rasa nyeri haid yang berlebihan. Kondisi seperti ini biasa disebut dengan dysmenorrhoea sekunder.  Kondisi dysmenorrhoea sekunder biasanya disertai atau diakibatkan masalah pada rahim atau organ pinggul lainnya. Dalam beberapa kasusdysmenorrhoea sekunder, kondisi – kondisi medis yang menjadi faktor terjadinya rasa nyeri haid tersebut adalah:
  • sindrom pramenstruasi (PMS)
  • endometriosis 
  • fibroid dalam rahim
  • penyakit radang panggul, infeksi rahim, saluran tuba, atau indung telur sering disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS)
Penanganan bagi tiap – tiap kondisi nyeri haid berbeda. Pengobatan atau penanganan bisa dilakukan dengan mengkompres bagian yang sakit dengan air hangat, meminum obat pereda nyeri, hingga melakukan pembedahan kecil untuk kasus tertentu seperti endometriosis.

Endometriosis merupakan kondisi medis yang belum bisa diketahui maupun diprediksi penyebab dan implikasinya. Kondisi ini merupakan tumbuhnya jaringan endometrium (selaput rahim) di luar dari tempat yang semestinya. Tempat yang sering ditemukan adalah didaerah rongga abdomen, rongga panggul, ovarium , saluran telur dan di daging rahim itu sendiri (adenomyosis). Gejala yang ditimbulkan pada endometriosis dapat berupa nyeri haid, nyeri saat berhubungan, atau infertilitas. Endometriosis dapat disembuhkan dengan beberapa cara seperti terapi simptomatik yaitu dengan mengurangi jumlah maupun siklus mens, atau memberikan terapi antinyeri yang adekuat selama masa menstruasi. Penggunaan obat hormon seperti pil KB bertujuan untuk mengurangi jumlah darah menstruasi dan juga dapat dipakai menjarangkan siklus mens. Terapi hormonal lainnya termasuk suntikan KB, suntikan untuk memberhentikan mens, atau IUD ( baca: spiral) yang mengandung hormon progesterone yang dapat mengurangi jumlah mens. Namun, langkah yang ideal yang disarankan serta yang banyak dilakukan adalah dengan melakukan Laparoskopi. 

Laparoskopi merupakan suatu tindakan bedah minimal invansive dengan cara meneropong melalui teleskop (laparoskop) yang dimasukkan ke dalam perut. Ini bisa menggantikan tindakan yang dahulu harus melalui proses operasi besar seperti Laparotomi untuk berbagai macam kondisi medis. Dimana melalui tindakan ini endometriosis yang tumbuh dapat di kauterisasi atau diangkat dan bila ada perlengketan akan dibersihkan. Apabila nyeri berkaitan dengan nyeri saat haid maka dengan laparoskopi ini dapat menghilangkan nyeri haid setelah endometriosis dibersihkan.

Tidak hanya menghilangkan rasa nyeri akibat endometriosis saja, dengan melakukan tindakan laparoskopi untuk membersihkan jaringan endometriosis akan meningkatkan kemungkinan hamil sampai 70% dalam waktu 12 bulan. Tetapi pada saat kehamilan itu tidak terjadi setelah kurun waktu 12 bulan, 20-40% endometriosis akan kembali dalam kurun waktu 5 tahun. Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah untuk tetap mengontrol secara rutin ke dokter yang terpercaya, agar mendapatkan penangan yang tepat dan sesuai.


















0 comments:

Post a Comment

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Youtube